Sabtu, 21 Mei 2011

Inflasi dan pengangguran

Inflasi dan pengangguran

Sisi lain dari dampak inflasi adalah meningkatnya jumlah pengangguran. Industri banyak yang mengurangi produksinya, merumahkan karyawannya untuk sementara dan ada pula yang memberhentikan karyawannya untuk sementara dan ada pula yang memberhentikan karyawan dengan alasan untuk melakukan efisiensi.
Di banyak Negara sedang berkembang dan Negara-negara miskin, dampak inflasi terhadap lapangan kerja lebih tragis lagi dan angka pengangguran sulit dikendalikan. Kondisi tersebut menjadi lebih parah lagi karena rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) terutama jika dibandingkan dengan Tenaga Kerja Asing ( TKA ).
Kehadiran TKA seringkali memicu kecemburuan di kalangan tenaga kerja dalam negeri, antara lain karena gaji yang mereka terima jauh lebih besar daripada tenaga kerja dalam negeri, di samping itu mereka lebih banyak mendapatkan fasilitas atau kesejahteraan lainnya. TKA yang bekerja di Indonesia umumnya merupakan satu paket dengan kehadiran Penanaman Modal Asing ( PMA ) dengan alas an untuk memasang mesin-mesin dengan teknologi canggihan serta untuk mengoperasikannya. Jika tidak diizinkan membawa sebagian tenaga keja dari Negara asalnya, mereka akan membatalkan diri untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

A. TINGKAT UPAH DAN PENGANGGURAN

Inflasi yang tinggi akan mendorong produsen melakukan efisiensi terhadap industrinya , seperti merasionalisasikan tenaga kerja dan restrukturisasi atau melakukan perampingan organisasi perusahaannya yang berakibatkan semakin bertambahnya jumlah pengangguran. Penawaran tenaga kerja kian bertambah sedangkan permintaan terhadap tenaga kerja kian berkurang. Tenaga kerja yang menganggur atau terkena Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) terpaksa harus mau menerima upah atau gaji yang rendah yang tidak jarang pula lebih rendah nilainya daripada harga barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari mereka.
Hubungan antara inflasi dan pengangguran mulai menarik perhatian para ekonom pada akhir tahun 1950-an. A.W.Phillips di dalam tulisannya dengan judul The Relation Between Unemployment and The Rate of Change of Money Wage Rate in the United Kingdom yang dimuat pada Jurnal Economica edisi bulan November 1958 halaman 285-300 isinya anatara lain memperkenalkan hubungan yang sistematik antara inflasi dan pengangguran yang terjadi di Inggris. Studi yang dilakukan A.W. Phillips mengenai hubungan antara kenaikan tingkat upah dan tingkat pengangguran pada para pekerja di Inggris pada tahun 1861-1957.

B. DASAR TEORI KURVA PHILLIPS

Tujuan utama dari kebijakan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah infalsi sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan kesepakatan kerja. Pandangan demikian berlangsung cukup lama dan berakhir sampai dengan tahun 1950-an.
Di pasar tenaga kerja, penurunan tingkat upah akan menyebabkan meningkatkan pengangguran karena adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat upah akan naik jika terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja atau jumlah pengangguran meningkat dan jumlah pencarian kerja bertambah, maka tingkat upah akan turun. Demikian pula tenaga kerja akan meningkat. Namun Lipsey berpendapat, bahwa kenyataannya pasar tenaga kerja tidaklah sempurna, karena meskipun tingkat permintaan tenaga kerja, tetap saja masih terdapat pengangguran. Kondisi demikian disebut Ntural Unemployment atau Frictional Unemployment. Natural Unemployment disebabkan oleh beberapa factor, seperti factor tingkat kualitas Sumber Daya Manusia yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri, informasi pasar yang tidak transparan dan mahalnya biaya untuk memperoleh informasi pasar.pasar tenaga kerja didasarkan atas dua asumsi sebagai berikut :
• Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.
• Perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga kerja yang disebut Excess Demand.

C. PERGESERAN KURVA PHILLIPS

Pada awal analisis kurva Phillips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Namun kenyataannya di AS selama periode 1950-1982 menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi diikiuti oleh kenaikan tingkat pengangguran. Jadi berarti tidak terdapat trade off . kurva Phillips telah bergeser ke kanan atas. Dengan demikian, hasil kurva Phillips perlu diuji kembali kebenarannya.
Pergeseran kurva Phillips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian terjadi lagi pada periode tahun 1973-1975 sebagian dampak embargo minyak Arab terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah. Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Phillips berakhir pada periode tahunan 1979-1982. selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikan pengangguran dengan bentuk pergeseran kurva Phillips yang berbeda-beda.
Terjadi perbedaan pergeseran kurva Phillips tersebut disebabkan dua faktor yaitu :

• Demografi
Terjadi kenaikan tingkat pertumbuhan penduduk AS, khususnya kaum wanita dan anak-anak yang selanjutnya meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja. Angkatan kerja wanita dan anak-anak yang sebagian memperparah jumlah pengangguran, karena bidang industri lebih mengutamakan tenaga kerja dewasa dan pria.

• Keseimbangan
Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, secara alamiah selalu terdapat pengangguran yang oleh Milton Friedman disebut Natural Rate of Unemployment. Dalam kurva Phillips, pengangguran alamiah tersebut dibuktikan dengan adanya titik potong antara kurva Phillips dan sumbu horizontal.

Di Indonesia, menurut Biro Pusat Statistik yang dimaksud dengan angkatan kerja ( labor force ) adalah :

• Mereka yang selama seminggu yang lalu sebelum waktu pencacahan mempunyai pekerjaan.
• Mempunyai pekerjaan, namun sementara tidak bekerja karena sesuatu sebab, seperti menunggu panen, cuti, dan sebagainya.
• Tidak mempunyai pekerjaan, tetapi sedang mencari pekerjaan atau mengharapkan memperoleh pekerjaan yang dengan istilah lain disebut pengangguran terbuka.

D. KETENAGAKERJAAN

Analisis ketenagakerjaan pada umumnya dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai karakteristik yang berpengaruh terhadap kesempatan kerja, misalnya tingkat pendidikan, status pekerjaan, lapangan kerja , dan jabatan. Karakteristik tersebut , khususnya sector usaha terpengaruh pula dengan tingkat inflasi suatu Negara. Oleh sebab itu , sangat relevan pula dalam analisis ketenagakerjaan untuk tidak mengabaikan laju pertumbuhan tingkat inflasi.

1. karakteristik kesempatan kerja


a. Tingkat Pendidikan
Tingakat pendidikan atau jenjang pendidikan digunakan untuk mengetahui kualitas tenaga kerja atau relevansi dengan kesempatan kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja yang dibedakan atas :
1. tidak atau belum pernah sekolah;
2. tidak atau belum tamat sekolah dasar;
3. tamat sekolah dasar dengan memperoleh surat tanda tamat belajar atau ijazah;
4. tamat sekolah menengah tingkat pertama umum dengan pemperoleh STTB;
5. tamat sekolah menengah tingkat atas umum dengan memperoleh STTB;
6. tamat sekolah menengah tingkat atas kejuruan dengan memperoleh STTB;
7. lulus Diploma I/II dengan memperoleh ijazah;
8. lulus Akademi atau Diploma III dengan memperoleh ijazah;
9. lulus Sarjana ( S.1) dengan memperoleh ijazah;
10. lulus pasca sarjana ( S.2 ) dengan memperoleh ijazah;
11. lulus pasca sarjana Tingkat Doktoral ( S.3 ) dengan memperoleh ijazah.

b. Status Pekerjaan
Adapun yang dimaksud dengan status pekerjaan adalah jabatan yang tersedia dalam suatu unit usaha yang umumnya dibagi 5 macam sebagai berikut :
1. berusaha sendiri , yaitu mereka yang bekerja sandisri atau tanpa bantuan orang lain dan resiko ditanggung sendiri;
2. berusaha dengan bantuan keluarga atau buruh tidak tetap;
3. berusaha dengan buruh tetap yang diberi upah;
4. buruh, pegawai atau karyawab adalah ornag yang bekerja kepada orang lain dengan mendapat imbalan atas jasanya yang disebut gaji atau upah, baik dalam bentuk uang maupun barang;
5. pekerja keluarga adalah para pekerja yang terdiri dari anggota rumah tangga yang membantu bekerja untuk memperoleh tambahan pendapatan keluarga untuk kepentingan bersama.

c. Sektor Pekerjaan
Sektor pekerjaan atau bidang pekerjaan dalam analisis ketenagakerjaan umumnya dikelompokkan menjadi :
1. pertanian, kehutanan, perburuan dan perikatan;
2. pertambangan dan penggalian;
3. industri pengolahan;
4. listrik, gas, dan air;
5. bangunan;
6. perdagangan besar, eceran, rumah makan, dan perhotelan;
7. keuangan, asuransi, perbankan, usaha penyewaan bangunan, tanah, dan jasa perusahaan;
8. angkutan, pergudangan, dan komunikasi;
9. jasa kemasyarakatan;

d. jabatan
jabatan adalah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang baik mereka yang telah bekerja maupun yang sedang mencari pekerjaan dan mereka yang pernah bekerja. Dalam hal ini jabatan secara umum dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. pimpinan ( manager );
2. professional ( ahli ) ;
3. supervisor ( penyedia );
4. teknisi ( operator ).

2. jenis pengangguran

Dalam literature ekonomi, penggolongan pengangguran didasarkan pada penyebab timbulnya pengangguran tersebut. Dalam hal ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :

a. kekurangan [ermintaan pasar
Timbulnya pengangguran disebabkan berkurangnya permintaan pasar dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu :

1. jangka pendek

Pengangguran akibat berkurangnya permintaan dalam jangka pendek disebut pengangguran konjungtur . dan merupakan paling banyak terjadi karena pada umumnya berhubungan dengan konjungtur perdagangan.

2. jangka panjang

Disebabkan berkurangnya permintaan terhadap tenaga kerja dalam jangka panjang karena terjadinya kekeliruan dalam perencanan pertumbuhan ekonomi yang merupakan sasaran ekonomi liberal.

b. distorsi pasar
pengangguran dapat pula disebabkan karena distori pasar tenaga kerja atau penyesuaian tenaga kerja yang kaku sehingga kurang berfungsi mekanisme pasar tenaga kerja. Pengangguran akibat distorsi pasar tenaga kerja jika ditinjau dari jangka waktu terjadinya dapat dibagi menjadi 2 macam, yaitu :

1. jangka pendek

Pengangguran yang terjadin karena distorsis pasar yang berlangsung jangka pendek disebut pengangguran Friksional. Di satu pihak terdapat lowongan pekerjaan namun di lain pihak terdapat pula tenaga kerja yang belum bekerja.

2. jangka panjang

Pengangguran structural berawal dari pengangguran friksional yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama, jika pengangguran berlangsung minggu, pengangguran ini disebut pengangguran structural.

Adapun yang dimaksud dengan pengangguran structural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya perbedaan antara kebutuhan tenaga kerja dan jenis keterampilan tenaga kerja yang tersedia di pasar tenaga kerja, dan besarnya upah yang akan di terima ditentukan oleh tingkat pendidikan dan keterampilannya dibutuhkan peningkatan kualitas SDM anatar lain melalui program pendidikan dan pelatihan secara intensif.

2 komentar:

  1. Terimakasih Infonya
    sangat bermanfaat..
    Perkenalkan saya mahasiswa Fakultas Ekonomi di UII Yogyakarta
    :)
    twitter : @profiluii

    kunjungan balik ya..
    trims :)

    BalasHapus
  2. materi yang sangat membantu saya mengerjakan tugas kuliah metodologi penelitian..thanks :D

    BalasHapus